Kamis, 29 Desember 2011
Deep My Heart
found something different
i love that i hate
it's difficult
i wait for a shining star to fall
save me from this situation
leave me or keep me ever after
take a breath for a time
realize that all so hard
Jumat, 16 September 2011
Ada Merpati Ingkar Janji
Datang dan pergi...
Hinggap sejenak lalu pergi
Sang dara menagih janji
Bukan perjumpaan
Namun perpisahaan
Merpati...
Hilang tanpa sketsa
Dalam sangkar dara terbuai
Angin menyapa
Dara tergoda
bukankah merpati tak pernah ingkar janji
Sabtu, 28 Mei 2011
Melahirkan Jongkok -Sebuah Catatan Kelahiran-
Ok back to the topic, ibu itu bercerita kisahnya melahirkan yang cukup menarik. Ibu itu bercerita kalau ia melahirkan di bidan. Cukup sulit prosesnya, sebab meskipun telah pembukaan 4, ibu itu tidak merasakan mules-mules seperti pada umumnya orang yang mau melahirkan. Dan anehnya lagi, air ketubannya tidak ada sama sekali. Kata bidan, mungkin air ketubannya sudah pecah dan sudah kering di dalam. Setelah cukup lama menunggu pembukaan, rasa mulas tersebut belum datang juga. Bidan pun menyuruh untuk mengejan. Kata bumil 'ibu hamil' "ya bu, gimana mau ngejan, sayanya aja gak mules" sebab ini bukanlah pertama kalinya ia melahirkan, jadi ia cukup tau bagaimana harus mengejan. Sekalipun ia mengejan, justru malah menyesakkan dada karena tidak ada perasaan mulas yang menimbulkan rasa ingin melahirkan. Subhanallah, begitu berat perjuangan seorang ibu yang ingin melahirkan. Karena belum berhasil juga, akhirnya bidan tersebut memanggil seorang bidan yang lebih senior alias jam terbang yang tidak di ragukan lagi. Setelah bidan itu di panggil, bidan tersebut menyuruh bumil tersebut untuk melakukan hal yang cukup ganjil, yaitu 'jongkok'. Ya, mencoba melahirkan dengan cara jongkok, menurut saya itu cukup ganjil, tapi terasa logis juga. Sebab ini seperti, maaf, orang yang ingin buang air besar. Sebab kalo saya pikir, kalau kita ingin buang air besar, ya kita tidak lakukan dengan berbaring kan,,, ya makanya di buat kloset dengan model duduk atau jongkok. Ibu hamil tersebut akhirnya menerima saran bidan tersebut, baginya bagaimanapun caranya, asalkan dia dapat melahirkan dengan selamat. Akhirnya, setelah ia jongkok, bayi itu dengan mudahnya keluar. Alhamdulillah, selamat. Lahirlah seorang bayi perempuan.
Tidak lama kemudian mama di ijinkan pulang. Bapak pun mencari taksi di depan rumah sakit. Sungguh kebetulan yang merupakan takdir Allah, bapak menyetop taksi yang ternyata adalah tetangga rumah. Akhirnya kami naik taksi tetangga tersebut, dan bapak supir taksi itu tidak mau menerim ongkos taksi tersebut. Subhanallah, begitu Allah mudahkan proses kelahiran saya di hari jum'at yang penuh barokah. Semuanya begitu mudah, lancar dan murah. Hehehe... Ya gak banyak ngeluarin banyak biaya, alias banyak gratisnya :D . Padahal kata mama, sebelumnya bapak sempat bingung memikirkan biaya kelahiran saya dan biaya-biaya tak terduga lainnya nanti. Alhamdulillah, sebelum waktu kelahiran saya, bapak mendapat proyek yang cukup besar. Itulah perjuangan dan pengorbanan kedua orang tua saya. Sekalipun dunia dalam genggaman saya, tak cukup untuk saya membalas semua jasa-jasanya. Terima kasih pak, terima kasih mah. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak-bapak yang telah mengantarkan ke rumah sakit, bapak supir taksi yang telah mengantar pulang, serta dokter, suster yang telah membantu persalinan mama. Semoga Allah meridhoi dan mencatat sebagai sebuah kebaikan
Senin, 11 April 2011
Esensi keyakinan
Ku katakan, ini tentang sebuah keyakinan. sebuah keyakinan yang bersumber dari harapan dan ketulusan. sebuah keyakinan dapat memutuskan semua fakta dan logika, sebab keyakinan ini lahir dari sebuah bentuk ketakwaan, tumbuh dari sunnah, dan berkembang dengan iman. maka ku katakan, biarlah keyakinan ini tetap tumbuh dalam hatimu, meski dunia tampak tak berpihak padamu. Sebab kekuasan mutlak milik Allah. Biarlah keyakinan ini mengalir hingga waktu yang pada akhirnya menampakkan sebuah kesimpulan nyata, bahwa keyakinan ini akan bermuara kepada kenyataan dari sebuah harapan atau berakhir pada keikhlasan.
keyakinan ini masih berdiri kokoh, tegak menjulang, dengan segala ketidakmungkinannya, tak ada yang mustahil, sebab keadaan dapat berubah seketika jika Allah berkehendak. Maka tetapkanlah keyakinanmu, tetapkan ia hanya pada yang Satu. ukurlah kadar keyakinanmu, sejauh mana keyakinanmu hadir, sebesar apa keyakinan tumbuh, dan dimana semua keyakinanmu bermuara. Tanyakan pada hatimu. Adakah cela dari keyakinan yang kau harapkan? Benarkah keyakinan ini semua di lakukan dengan nama Allah, di jalan Allah, dan hanya untuk Allah?
Bertanyalah pada hatimu, tapi tunggu..... Apakah hatimu dalam kondisi baik? Apakah jiwamu dalam kondisi suci? apakah amal-amalanmu sedang meroket? sebab ini yang akan menjadi tolak ukur dasar keyakinanmu.
Coba perbaiki lagi keyakinanmu, revisi lagi dasar-dasar yang kau bangun. Jika semua telah berjalan baik, maka tetapkanlah keyakinanmu pada pijakan yang benar, basic yang kokoh, selanjutnya adalah bentuk-bentuk upaya terbesarmu untuk mewujudkan keyakinanmu. Ku tahu, kau telah lelah dalam semua upayamu, telah jengah dengan semua penghalang dan cobaanmua, maka laksanakanlah upaya yang tak sulit ini. DOA. Ialah upaya yang tampak tak berguna bagi orang-orang tak beriman. DAHSYATNYA KEKUATAN DOA. yakini, bahwa Allah lah yang mampu membolak-balikkan hati manusia, mudah saja bagi Allah membuat semua impian dan harapanmu terkabul saat ini juga. Namun, Allah ingin melihat kau duduk, tersungkur, menghamba atas semua permohonanmu. Coba ingat, kapan kau terakhir kali melakukannya, kalau bukan karena harapanmu yang belum terwujud hingga saat ini... Akankah kau akan terus berdoa seperti saat ini, jika permohonanmu telah di kabulkan? Maka tetapkanlah hatimu, jiwamu dengan untaian doa dalam sujud-sujud panjangmu di malam-malam di mana Allah begitu dekat.
Saat ini semua hal masih tampak mungkin. Belum berkesudahaan, semua masih possible, meski telah tergambar sebuah keputusan dari manusia. Maka tetapkanlah keyakinanmu di dasarnya, gunakanlah kekuatan doa sebagai senjata utamamu, jika semua upaya tak menampakkan hasil, bahkan tergambar sebuah ketidakmungkinan. Dan jika semua hal telah kau kerahkan, keyakinan sudah mencapai titik kulminasi. Maka biarlah Allah yang memutuskan. Allah punya hak prerogratif atas setiap hambanya. Tahu apa kau tentang kebahagiaanmu, kebaikanmu. Allah lah penentu mutlak atas jawaban doa-doamu. Jika doamu berbuah terwujudnya harapan, jangan lupa untuk bersyukur, dan jika semua impian tak menjadi nyata, dasarkan semua pada kotak keikhlasan
Kamis, 10 Maret 2011
Jodoh Itu Menu Makan

Siang itu mata matahari melebar perlahan, seusai hujan yang mengguyur kota Surakarta. Aku mengambil tempat duduk di beranda musholla yang letaknya di sebelah timur kos. Aku mulai membaca sebuah novel—karangan seorang feminis kelahiran Fez, Maroko, berjudul Perempuan-perempuan Haremku—saat seorang sahabat mendekat, kemudian duduk di sampingku.
“Tempat nongkrong yang hebat,” katanya tersenyum kemudian menoleh ke seberang jalan, ada nada sindiran halus di dalam kata-katanya. Aku hanya tersenyum, paham bahwa yang ia maksud adalah bangunan dua lantai bercat hijau, ada dua orang gadis sedang berdiri di sana. Yah, itu adalah kos putri, dan posisi dudukku tidak memungkinkan untuk mengajukan pembelaan.
“Belum pernah pacaran?” sekarang dia bertanya dan tak ada kata yang bisa aku ucapkan kecuali ‘belum’ dan seulas senyuman. Kemudian dia bercerita tentang petualangan gonta-ganti pacarnya yang berakhir dengan pertunangannya selama dua tahun ini. Aku melirik cincin yang melingkar manis di jarinya.
Katanya, “masing-masing orang beda prinsip, ya?” hah, sekarang dia memberikan sendiri jawaban atas gelontoran tanya dan cerita yang telah ia lepaskan—sedari tadi.
Dalam senyum aku berkesimpulan, jodoh itu seperti menu makan. Ia adalah juga merupakan rizki Allah. Ia akan datang, tapi sebenarnya tak perlu terlalu dipikirkan. Aku memilih untuk tidak mencemaskan menu makan apa yang akan Allah berikan dua hari lagi. Entah ikan, ayam, sapi, atau hanya sayur-sayuran saja. Toh semuanya adalah rizki yang harus disyukuri. Dan mencemaskannya, aku rasa tidak untuk saat ini. Aku akan memilihnya ketika sudah terhidang. Tapi jangan salah, jangan kira aku tidak mengusahakannya. Aku mencari uang, aku mencari penghasilan untuk membeli menu makanan. Begitu pula dengan jodoh, aku sedang menyiapkan diri—untuk segera membeli menu makanan itu, tapi apakah ikan atau ayam? Aku akan menentukannya besok ketika waktunya makan datang.
Entah sehari, dua bulan, atau setahun lagi…

Ah, kau bercerita tentang menu makan yang akan kau santap dua tahun lagi. Kurasa itu terlalu berlebihan sahabat. Bagaimana kalau selera makanmu berubah esok, atau kau sudah merasa bosan dengan menu itu? atau barangkali Allah mentakdirkan untukmu menu makanan yang lainnya? Kau terlalu cepat mencemaskan yang seharusnya kau cemaskan besok—sahabat. Kau terlalu cepat menentukan—mungkin kalimat itu lebih tepat—padahal kau belum siap makan. Hehe
Sahabat, aku ingin mengatakan itu padamu, namun aku masih tersenyum dan kau beranjak pergi. “Mau cari makan,” katamu.
Sebenarnya satu lagi yang ingin kusampaikan, seorang teman yang tidak pernah pacaran sepertiku, hari minggu kemarin berta’aruf dengan wanita yang tidak pernah ia kenal sebelumnya, dan kau tahu, tiga bulan lagi—kalau Allah menentukan bahwa itu adalah jodohnya—maka hari bahagia pernikahan itu akan berlangsung, lalu bagaimana denganmu yang sudah dua tahun bertunangan? Kapan kau akan menikah?... karena aku takut menanyakannya, jadi aku tulis saja di blog (page) ini. Hihihi…
Source: http://www.facebook.com/notes/syabli-za/ibadah-adalah-kimaksnya-cinta/194039447295999#!/note.php?note_id=183195791713698
Minggu, 06 Maret 2011
inikah akhir ujianku???
Biarlah ini menjadi pembelajaranku di kemudian hari. Tak perlu lagi kucari pembenaran yang ada, tak perlu juga ku minta ia yang telah mencoreng namaku memintanya memperbaiki namaku di hadap orang-orang tersebut, tak perlu ia mengatakan yang sebenarnya, jika hanya mengungkap kesalahannya di depan orang-orang. Cukup sampaikan saja kepada pemilik setiap jiwa. Sebab Ia yang lebih kecewa. Begitupun dengan diriku. Astagfirullahaladzim.... Astagfirullahaladzim... Setelah ini semoga tak ada lagi yang mencuri waktuku dengan perbuatan dan kata yang sia-sia, apalagi perbuatan dosa. Allahumma amin.